MEMBACA CATATAN BUDAYAWAN, BERNARD TUKAN PADA "SELANGIT PUISI DI TANAH MAHAR GADING"

     "Selangit Puisi di Tanah Mahar Gading selanjutnya disingkat (SPDTMG), merupakan buku bergendre fiksi. Buku antologi puisi pelajar SMAN 1 Adonara Barat ini, telah dilaunching oleh Bapak Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli,SH, pada Sabtu (30/11) silam. Buku ini merupakan buku yang ketiga,  berbarengan dengan fiksi kompilasi "Adonara dalam Legenda", setelah sebelumnya sudah dilaunching buku antologi puisi "Selaut Sastra Adonara".
     Hal menarik dari kehadiran antologi puisi SPDMG ini adalah dengan dibedanya buku ini oleh budayawan, penulis, serta sastrawan NTT, Drs. Bernardus Tukan. Turut menjadi nara sumber dalam pembedahan buku ini, ibu Sussy S. Wiranarakusumah, Lingga Dwipa, John Dewa Bayu Samudera, Martin Paun, dan Bram Nonvivara Wahang, yang berada dan bernaung dalam komunitas Sastra Kidung Semilir. Sebuah komunitas sastra yang berbase camp di Solo, Jawa Tangah.
     Bernard Tukan, dalam apresiasinya atas Kumpulan puisi SPDMG ini, mengulas dengan jelimet dan garing puisi karya pelajar SMAN 1 Adonara barat ini dalam frame 'Memuja Pulau'.

     Puisi sejumlah 165 judul ini, 66 % nya berbicara tentang Adonara, baik tentang alam, masyarakatnya dan kebudayaannya arau setara 109 puisi, dengan 57 judul secara masif menyebutkan kata Adonara. Selebihnya, ada 34% meyuguhkan tema cinta kepada orang tua, cinta asmara dua sejoli, cinta almamater, dan hal lain di luar Adonara.

     Dalam nukilan atas kumpulan puisi SPDMG ini, Bernard Tukan secara intens dan cermat membaca tentang Adonara. Sebuah muara perjumpaan atas interes apresiasi sastra dan teoritik sastra yang mumpuni, membuatnya menyelam sangat jauh dan mendalam akan bentuk pemujaan terhadap pulau Adonara.
     Beliau secara tegas mengungkapkan, tentang tema memuja pulau Adonara ini, merupakan hal yang.positif dalam kegiatan literasi sekolah yang bertujuan membentuk karakter siswa-siswi. Tema yang kaya akan nilai semisal cinta tanah air, rela berkorban, iklas mengabdi, kesetiakawanan dan persatuan, dan nilai-nilai lainya yang serumpun.
     Bagi masyarakat lokal, dalam hal ini masyarakat Lamaholot, asal mula kedatangan seorang  ke dalam masyarakat dan sejarah, berlangsung dalam lingkungan sosial-budaya dengan adat-istiadatnya. Manusia yang terlahir dengan membawa sejumlah potensi itu mengalami rangsangan dari lingkungan budaya dan mengalami pembentukan awal yang sangat menentukan jati dirinya, meletakan fondasi kediriannya, yang sangat menentukan arah perkembangan kepribadiannya ke masa depan. Lantas lingkungan awal itu disikapi sebagai kosmos/jagad kehidupan, awal dan muara kembara.
     Hal terurai di atas, oleh orang Lamaholot dipersepsikan pada Lewotana, yang bukan sebatas keterangan tempat, lingkungan fisik, melainkan kosmos/jagad. Lewotana adalah semua saja: lingkungan alam, manusia dan budaya, yang natural maupun yang supranatural di mana setiap manusia Lamaholot adalah.bagian integral dari semua itu. Bagi orang Lamaholot, dirinya adalah Lewotana dan Lewotana adalah dirinya.
     Menariknya, dalam kumpulan puisi ini, konsep Lewotana yang mulanya pada Lewo yang otonom, mengalami transformasi kepada sebuah pulau yang disebut Adonara. Maklum! Siswa-siswi SMAN 1 Asonara Barat itu datang dari berbagai Lewo di pulau ini, dan bersama-sama menyikapi pulau Adonara sebagai "tanah bersama".- Hal ini terbuka kemungkinan pengorbanan pada konteks yang semakin luas : Flores Timur, NTT, Indonesia. Namun harus dipastikan, bahwa nilai-nilai dasar itu mengalami pembentukan bermakna pada awal kehidupan di Lewotana. Dinamika ini tampak dalam puisi:

Adonara Adalah Indonesia
(Bartolomeus Bobi Raden)

Serupa noktah dalam peta
Di sana seribu jiwa berkorban
Demi bangsaku Indonesia
Berjuang tanpa letih
Mempertahankan sejengkal jiwa bangsa


Adonara
Banjir darah mengalir
Menyelubungi nuha nebon
Namun mimpi untuk terus kokoh berdiri
Untuk bangsa sendiri
Demi rajutan kain mahasuci
Dwiwarna merah putih

     Bait pertama puisi itu mau mengungkapkan bahwa, Adonara adalah sebuah pulau diantara ribuan pulau dalam wilayah NKRI, Adonara adalah.bagian integral Indonesia, manusia-manusianya heroik dan patriotik untuk nasionalis.
     Pada bait kedua, ditegaskan bahwa, walau di pulau ini ditandai juga dengan pertikaian, konflik dan pertumpahan darah, tetapi itu bukan persoalan separatisme yang mau memidahkan diri dari NKRI. Pertumpahan dara di Adonara punya alasan tersendiri, mungkin soal harga diri yang sicederai, persoalan internal pribadi suku atau lewo. Dalam kondisi demikian Merah Putih tetap menjadi pilihan dalam hidup berbangsa dan bernegara. _Inilah yang dimaknai sebagai transformasi nilai budaya lokal yang awal mula disuburkan dalam masyarakat adat di lewotana kepada konteks hidup berkomunitas yang lebih.luas._
     Memuja secara leksikal berarti,"menghormati dewa-dewa dan sebagainya dengan membakar dupa, membaca mantra,dsb,"(KBBI, hal.706). Dalam konteks ini, memuja pulau berarti menghormati pulau denganendaraskan puisi, karena pulau dimetaforakan dengan makhluk yang memiliki.daya hidup, karena di pulau itu ada kehidupan. Segala sesuatu yang hidup di dalamnya diidentikkan dengan pulau itu sendiri.
     Memuja atau menghormati sesuatu, tidak sebatas rasa yang membutakan mata dan melihat sesuatu serba yang baik-baik saja. Memuja sesuatu hendaknya dituntut akal untuk menyikapi sesuatu itu secara kritis agar tetap terawat yang baik. Menghormati orang tua misalnya, itu memang semeatinya, namun tidak berarti pada orang tua tidak ada kekurangannya. Pelajar SMAN 1 Adonara Barat dalam kumpulan puisi.ini telah menunjukkan betapa mereka sungguh memuja Adonara, serentak mengkritisi adat-budaya atau trafisi yang diwariskan leluhur. Banyak Puiai menyoroti fenomena perang tanding yang tidak musti dilanjutkan generasi kini.

Adonara
Akibat persengketaan tanah sejengkal
Kepala dipenggal hanya soal gengsi
Darah menetes membasahi tanah

(Adonara, Andika,hal.53)

Adonara
Dimanakah letak persaudaraan kita
Jika parang dan tombak melukai kita
Dari thkta peninggalan sejarah

(Adonara Hentikan Perang, Rifan Efendy, hal.160).
     Hal.lain yang cukup banyak disoroti, yakni perlakuan terhadap kaum perempuan. Mereka, siswa-siswi penulis puisi ini, mengkritisi budaya yang masih memberi ruang bagi perlakuan yang diskriminatif, perlakuan yang tidak adil terhadap kaum perempuan. Sungguh suatu kebudayaan itu sah dalam struktur sosial dari masa tertentu. Ketika masyarakat.beralih dari struktur sosial modern, budayanya pun harus mengalami transformasi, nilai-nilai lama dikemas ulang dalam wujudnya yang baru.

Akankah keadilan itu ada
Akan kami dihargai
Ataukah....
Kami ditempatkan di atas kaki para pria

Wahai wanita Adonara
Bangkitlah dari keterpurukan
Kamu bukan kaum marginal
Kamu bukan kaum hina
Kamu adalah wanita harapan

(Akankah, Marselina Bao,hal. 75).
     Bagi para penulis dalam Selangit Puisi di Tanah Mahar Gading," memuja pulau Asonara tidak sebatas rasa yang akan menguap.hampa. Memuja dibuktikan dengan bakti, merawat dan membangun untuk kelestarian dan kemajuan.

Adonara
Aku bertekad berjuang dengan sungguh
Belajar dan bekerja keras
Demi kemajuan Adonara

(Adonara Kau Kukenang, Chatarina Clarentia Putri Da Santo, hal.57.).

Adonara tanahku
Kini kuberjuang semampuku
Untuk menjaga dan melestarikan
Keindahan alammu
Kelestarian budayamu

(Adonara, Asty Petun.dan Alfryana lamapaha, hal. 74).

Adonara
Akanku kembangkan seribu kebudayaan
Yang telah kau hadirkan

(Adonara Kucinta, Katarina Hinggi de Rosari, hal.99)

Dan...
Alammu menjanjikan
Wahay Adonara
Akan kulestarikan alammu
Akan.kujaga alammu
Akan.kujaga namamu, Adonara
Aku cinta Adonara

(Aku Cinta Adonara, Deyanti Ona Kamore,hal. 145).

     Demikian beragam tema dan pesan puisi dalam buku SPDTMG. Masih banyak tema dan pesan puisi dalam buku ini yang belum sempat dibahas karena keterbatasan waktu. Pekerjaan.penyair dianggap selesai manakalah sudah jadi dan syukurlah bila sempat dipublikasikan. Selanjutnya, puisi-pupuisi itu dijemput ke dalam ruang kritik dan apresiasi untuk mendapatkan pemaknaan dan menunjukkan kegunaannya. Diharapkan, gerakan literasi memberi ruang dan.peluang bagi apresiasi dan kritik sastra, khususnya puisi.****

Bram Wahang.








Comments

Popular posts from this blog

PELAJAR SMAN 1 ADONARA BARAT LAUNCHING BUKU

PELAJAR SMAN 1 ADONARA BARAT TERBITKAN DUA BUKU BER-ISBN